Pendidikan INDONESIA dan Aku... Tenang
Beberapa waktu kedepan kurang dari 5 minggu aku akan mendekati pelulusan, suatu yang membahagiakan bagi sebagian orang, teringat semua mimpiku yang aku tulis dan Laskar Pelangi yang kerap kali mengiringi ku ketika aku gagal kedepan kelas mencatat jawaban yang membuat aku menjadi orang yang kalah, kuadukan kepada sang Khalik ketika waktu sholat tiba.
dalam lirik "Jangan Berhenti mewarnai mimpi di bumi. " sejenak aku tutup lembaran buku yang indah iu, rak kecil di meja Server warnet yang penuh buku. Tumpukan harapan itu aku kait ketika ia hendak putus di bungkus sajadah cokelat yang indah sarana komunikasiku.
Semua mimpi ini sudah direncanakan 7 bulan sebelum naik ke kelas XII, aku sangat mendapatkan hikmah yang begitu mendalam dan sangat terdalam dari semua perjalanan mengejar mimpi. aku sngat mencintai kehidupan yang bernafaskan islami ini. tekadku bulat dan ingin menjadi insinyur lalu pergi meninggalkan semua yang bersifat sementara ini.
Teringat Bacharudin Jusuf habibie yang sangat inspiratif itu mendengar lantunan sumpah serapah yang membuat ku tersinggung, yang aku inginkan tidak lain tidak bukan ingin menjadi seorang Habibie muda. aku malu dengan Manggar dan Laskar Pelangi, mereka fiksi tapi seolah nyata mewujudkan mimpi. Kecerdasan seseorang memang berbanding lurus dengan segala yang ia perbuat masa dini nyaa. akupun mundur menjadi Habibie muda.
Kesempatan terlebar yang pernah aku temui adalah pendaftaran Beasiswa Perintis 4 yang dilaksanakan pihak Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, aku tolak dengan mentah dengan Alasan yang belum siap. malam ku niatkan belajar, setiap pelajaran yang tidak aku mengerti ku tulis dalam buku biru yang amat teramat aku sayangi (infinity), tapi ku tertidur terlalu larut karena memang ingin membaca berbagai blog dan status gak jelas di facebook.
Ulangan ku lahap dengan indah, walau pahit terasa di tenggorokan hingga kini. dasar si Ambisius cepat buang bukumu... kamu tak pernah mengambil langkah pasti yang meyakinkan. si Monitor putih jadul ini sering ku pandangi dikala ku sedih, Monitor ini sering kupandangi ketika aku senang ada jalan menuju impian ku, tapi jalan itu goyah aku tak sanggup berdiri.
hingga berbulan-bulan ku dengan segala aktivitasku, aku senang dengan segala mimpiku, aku jalani rutinitasku dengan belajar merakit PC, Membantu orang membuatkan E-mail, Menonton video yang bermanfaat ataupun tidak, Berinteraksi orang-orang filsafat lewat sosial Media, terimakasih mimpiku, memang universitas tidak aku dapatkan tapi kamu telah menjelma menjadi ....
menjadi ...
Jalan jembatan yang jalan-jalan indah serupa dan hampir sama. Mimpi memanglah kunci untuk menjadi penakluk dunia, tapi diriku dan lingkungan ku menawarkan segala ke eksotisan, memaknai Hidup tidak harus berjalan mulus, tapi kegagalan dan perjalanan beriringan Laskar Pelangi itu indah, walau lingkungan tidak akan mengunggah dan menghantarkanmu ke sana. aku masih tetap yakin dengan skenario dan filmku yang pernah ku buat, bahwa lingkungan itu berkorelasi dengan kehidupan seseorang dan saling mempengaruhi.
Memaknai hidup itu tidak harus langsung dapat duduk di Bangku Universitas Nasional yang mahal dan tempat putra-putri terbaik bangsa ini lahir, tapi memaknai hidup itu berproses dan mencoba memaknai
secara mendalam aku tahu, bahwa sang Khalik itu sangat senang ketika hambanya tertatih ditengah malam atau dijam istirahat pertama disekolah disitulah waktu-waktu indahku berkomunikasi.
Mungkin setelah aku menulis ini aku tidak akan mencium motor ku dan bilang "Antarkan aku ke ITB, jadikan aku mahasiswa Aeronautika disana, supaya kamu tidak capek2 lagi karena aku akan buatkan pesawat terbang", atau aku akan menjadi bagian dari mereka yang berdemo di depan pabrik sambil dengerin lagi "sakitnya tuh disini" yang amat teramat menyebalkan yang terbuai oleh orang-orang lebay. dan juga aku akan bilang aku bersamamu bu akan ku bantu sebisaku atau mengabaikan begitu saja ketika aku melihat seorang ibu membawa karung kumal diatas kepala dan ditangannya ada beberap uang receh lalu mulutnya komat-kami mengucap syukur. karena ketika aku dulu bermimpi dan berencana dan berfikir "aku dapat bersekolah karena pajak yang mereka bayarkan, aku harus dapat mencerdaskan mereka".
lalu akan jadi apa aku? nanti aku ceritakan sejalan dengan waktu atau rencana yang gagal berjalan seiringan. aku hanya pintar melihat peluang. Dan aku serahkan kepadanya bertawakal. supaya tidak takut.
lalu akan jadi apa aku? nanti aku ceritakan sejalan dengan waktu atau rencana yang gagal berjalan seiringan. aku hanya pintar melihat peluang. Dan aku serahkan kepadanya bertawakal. supaya tidak takut.
AKU TENANG....
Komentar